INFO24.ID – Pemerintah Indonesia telah membuat keputusan bersejarah dengan memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Rencana ambisius ini disahkan melalui Undang-Undang Ibu Kota Negara (UU IKN) pada Januari 2022, dan ibu kota baru ini akan diberi nama “Nusantara”.
Keputusan ini bukanlah tanpa alasan, melainkan didorong oleh berbagai pertimbangan strategis yang mendalam.
Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa yang Mengkhawatirkan
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada 2015 mengungkapkan bahwa 56,56% atau sekitar 150,18 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.
Jumlah ini jauh melebihi pulau-pulau lainnya yang masing-masing memiliki persentase penduduk kurang dari 10%.
Kondisi ini memberikan tekanan luar biasa pada infrastruktur dan kualitas hidup di Jakarta dan Pulau Jawa secara keseluruhan.
Ketimpangan Ekonomi antara Pulau Jawa dan Pulau Lainnya
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa Pulau Jawa menyumbang 59% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Sementara itu, kontribusi ekonomi dari pulau lain seperti Sumatera (21,31%), Kalimantan (8,05%), dan Sulawesi (6,33%) jauh lebih kecil.
Pemindahan ibu kota diharapkan dapat mengurangi dominasi ekonomi Jawa dan mendorong pertumbuhan yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Krisis Air Bersih yang Mendesak di Pulau Jawa
Menurut data Kementerian PUPR pada 2016, Pulau Jawa, terutama wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur, mengalami krisis air bersih yang serius.
Banyak wilayah berada dalam kategori indikator kuning, yang berarti mengalami tekanan dalam ketersediaan air. Situasi ini mengancam kesejahteraan masyarakat dan menghambat pembangunan berkelanjutan.
Ancaman Bencana Alam di Jakarta
Jakarta merupakan kota yang rentan terhadap berbagai bencana alam. Sekitar 50% wilayah Jakarta memiliki tingkat keamanan banjir yang rendah, kurang dari 10 tahunan.
Selain itu, Jakarta juga menghadapi ancaman dari aktivitas gunung berapi serta potensi gempa bumi dan tsunami. Hal ini menjadikan Jakarta semakin tidak layak sebagai pusat pemerintahan.
Baca Juga: Tren Childfree, Pilihan Hidup atau Ancaman Populasi?
Pertumbuhan Urbanisasi yang Tak Terkendali
Pada tahun 2013, Jakarta masuk dalam peringkat 10 besar kota terpadat di dunia, dan naik ke peringkat 9 pada tahun 2017.
Laju urbanisasi yang tinggi ini memberikan beban berat bagi Jakarta, baik dari segi infrastruktur maupun kualitas hidup warganya.
Membangun Ibu Kota yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur membuka peluang untuk membangun kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan sumber daya alam yang melimpah dan potensi besar untuk mengembangkan kota modern yang hijau, Nusantara diharapkan menjadi model ibu kota masa depan.
Menghidupkan Kembali Impian Soekarno
Selain alasan-alasan praktis di atas, pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur juga merupakan upaya untuk mewujudkan impian Presiden Soekarno.
Beliau melihat potensi besar Kalimantan untuk menjadi pusat pemerintahan Indonesia, dan langkah ini merupakan penghormatan terhadap visi besar beliau.
Pemindahan ibu kota bukanlah fenomena baru di dunia. Banyak negara telah memindahkan ibu kota mereka dengan berbagai alasan, mulai dari ekonomi hingga keamanan.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, pemerintah Indonesia yakin bahwa pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur akan mendistribusikan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Ini adalah langkah berani menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.