Info

Wamen Stella Christie Ungkap Tingginya UKT dan Tantangan Ekosistem Riset di Indonesia

×

Wamen Stella Christie Ungkap Tingginya UKT dan Tantangan Ekosistem Riset di Indonesia

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Tingginya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi dalam negeri selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan, terutama menjelang dimulainya tahun ajaran baru.

Contohnya, pada tahun lalu, rencana pemerintah untuk menaikkan UKT menuai kritik tajam dari berbagai kalangan karena dianggap akan semakin memberatkan mahasiswa. Akibatnya, kebijakan tersebut akhirnya tidak jadi diberlakukan.

Persoalan mahalnya UKT di kampus-kampus Indonesia juga mendapatkan perhatian dari Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Wamenristek Dikti), Stella Christie. Ia menilai, tingginya UKT di Tanah Air berkaitan erat dengan pendanaan dan struktur ekonomi universitas.

“Selama ini, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) banyak bergantung pada pembayaran UKT dari mahasiswanya,” ujar Stella pada Rabu, 1 Januari 2025.

Menurutnya, situasi tersebut berbeda dengan sistem keuangan perguruan tinggi di luar negeri yang tidak terlalu mengandalkan biaya pendidikan mahasiswa. Sebaliknya, pendapatan kampus di negara-negara maju lebih banyak berasal dari investasi dalam riset dan pengembangan teknologi.

“Perkembangan sains dan teknologi sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam seratus tahun terakhir, hampir semua negara maju mencapai keberhasilan karena kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ini merupakan bukti nyata dari ekosistem riset yang mendukung,” jelas Stella.

Sebagai seorang guru besar di Tsinghua University, Stella optimistis Indonesia mampu mencapai hal serupa mengingat besarnya potensi sumber daya manusia di negara ini. Namun, ia juga menyoroti belum optimalnya ekosistem yang diperlukan untuk mendukung pengembangan riset, sains, dan teknologi.

“Kita memiliki banyak individu yang kompeten, tetapi ekosistem yang mendukung mereka untuk menghasilkan penelitian bermutu masih kurang memadai,” tambahnya.

Untuk mewujudkan kemajuan di bidang sains dan teknologi, Stella menekankan pentingnya menciptakan lingkungan riset yang kompetitif. Hal ini memerlukan peran aktif perguruan tinggi sebagai pusat kegiatan penelitian.

“Kampus harus menjadi tempat utama bagi kegiatan riset. Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif, melibatkan dosen dan peneliti, akan memberikan dampak nyata baik dalam jangka pendek maupun panjang terhadap pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Membangun ekosistem riset yang baik menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa sains dan teknologi di Indonesia dapat berkembang lebih pesat, serta memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan bangsa.