INFO24.ID – Ketimpangan pembangunan di kawasan perbatasan kembali menjadi sorotan setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melakukan kunjungan langsung ke Desa Tonjong, Cirebon—wilayah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Dalam kunjungannya yang bertepatan dengan momen Idul Adha 2025, Kang Dedi menyoroti kondisi infrastruktur dasar yang memprihatinkan di kawasan tersebut. Ia menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan studi banding ke luar negeri, terutama program beasiswa ke Korea Selatan yang kini tengah diusung oleh Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi.
Dalam video yang ramai diperbincangkan di media sosial, Dedi Mulyadi dengan nada sarkastik mempertanyakan urgensi pengiriman peserta studi banding ke luar negeri di tengah kondisi desa-desa perbatasan yang masih jauh dari layak.
“Evaluasi dan monitoring katanya penting, tapi lihat dulu kondisi kampung sendiri. Jalan masih rusak, pelayanan dasar belum beres. Tapi sibuk kirim orang ke Korea untuk studi banding,” ujar Kang Dedi dalam logat khas Sunda yang menohok.
Sindiran ini jelas mengarah pada program unggulan Pemprov Jateng yang menargetkan pengiriman 100 penerima beasiswa ke Korea Selatan untuk belajar teknologi dan industri. Meski disambut positif oleh sebagian pihak, Kang Dedi menegaskan bahwa pembenahan infrastruktur dasar di dalam negeri seharusnya menjadi prioritas utama.
Tak hanya memberi kritik, Kang Dedi juga langsung memerintahkan langkah konkret. Ia menginstruksikan pasukan dari Dinas terkait untuk segera membersihkan dan membenahi kawasan tersebut, serta menugaskan petugas outsourcing agar pelayanan publik di perbatasan bisa segera berjalan lebih baik.
Pernyataan dan tindakan ini kembali mengangkat perdebatan soal skala prioritas dalam kebijakan pembangunan daerah: mana yang lebih penting, membangun dari akar atau memoles dengan program beraroma internasional?