Info

Dedi Mulyadi Tegur Keras Politisi, Jangan Libatkan Remaja dan Sepak Bola untuk Kepentingan Politik

×

Dedi Mulyadi Tegur Keras Politisi, Jangan Libatkan Remaja dan Sepak Bola untuk Kepentingan Politik

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Beberapa waktu lalu, Dedi Mulyadi menyampaikan kekecewaannya terhadap aksi pendukung Persikas Subang. Ia dengan tegas meminta agar para politisi tidak menjadikan anak-anak remaja dan dunia sepak bola sebagai alat kepentingan politik.

Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat tersebut saat menghadiri acara Nganjang ka Warga di wilayah Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Rabu 28 Mei 2025.

Dalam kesempatan itu, Dedi tak menampik bahwa dirinya memang sengaja bersikap tegas kepada suporter Persikas.

Menurutnya, klub sepak bola profesional seharusnya dikelola secara mandiri oleh pihak swasta yang memahami aspek manajemen dan keuangan. Ia menekankan bahwa pemerintah daerah tidak semestinya turut campur tangan dalam pengelolaan klub-klub profesional.

“Sebuah klub profesional dikelola oleh perusahaan yang harus memperhitungkan aspek finansial secara matang. Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk ikut serta dalam urusan internal klub seperti itu,” jelas Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menyayangkan keterlibatan anak-anak muda dalam aksi tersebut. Ia bahkan mencurigai ada indikasi sebagian remaja dalam kerumunan itu telah mengonsumsi minuman keras sebelum berkumpul.

“Mereka datang dari berbagai tempat yang jauh, dan saya menduga sebagian sudah dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh minuman. Anak-anak ini belum mandiri, dan itu sangat mengkhawatirkan,” ungkapnya.

Dedi pun mengingatkan para politisi untuk tidak memanfaatkan kekecewaan para remaja sebagai komoditas politik. Menurutnya, mengarahkan anak-anak muda dalam konteks seperti itu merupakan bentuk praktik politik yang tidak etis.

“Sudahi cara berpolitik yang tidak sehat. Jangan jadikan remaja dan olahraga sebagai kendaraan politik. Biarkan olahraga berjalan sebagaimana mestinya, politik pun demikian,” tegasnya.

Ia juga menyinggung isu sosial yang lebih mendesak, terutama terkait kondisi keluarga. Dedi mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya anak-anak yang kehilangan figur ayah, bukan karena fisik, tapi karena minimnya peran ayah dalam mendidik anak.

“Saat ini banyak anak yang merasa kehilangan sosok ayah. Bukan karena ayahnya tiada, tapi karena tidak lagi hadir dalam membimbing dan membesarkan mereka,” tutup Dedi dengan nada prihatin.