Info

Dari Barak Militer hingga Vasektomi, Popularitas KDM Terus Meledak di Dunia Maya

×

Dari Barak Militer hingga Vasektomi, Popularitas KDM Terus Meledak di Dunia Maya

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Media sosial menjadi gerbang utama bagi masyarakat untuk mengenal sosok Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat. Sejak dilantik pada Februari 2025, mantan Bupati Purwakarta ini dan kebijakan-kebijakan yang ia usung kerap menjadi bahan diskusi publik, baik di ruang digital maupun percakapan sehari-hari.

Survei yang dilakukan oleh Tirto bekerja sama dengan Jakpat pada 16–17 Juni 2025 menunjukkan bahwa dari 1.250 responden warga Jabar, sebanyak 76 persen mengaku mengenal Dedi Mulyadi. Sebesar 23,84 persen menyatakan pernah mendengar namanya, dan hanya satu orang (0,08 persen) yang sama sekali tidak mengenalnya.

Yang menarik, dari kalangan yang mengaku mengenal Dedi, lebih dari 80 persen menyebut media sosial sebagai sumber pertama mereka mengetahui sosok ini. Mayoritas juga mengaku pernah melihat konten yang dibuat Dedi di platform seperti YouTube, TikTok, Instagram, maupun Facebook.

Jika dibandingkan dengan kepala daerah lainnya, kehadiran digital Dedi Mulyadi tergolong luar biasa. Di Instagram, akun pribadinya diikuti oleh 4,8 juta orang—mengungguli Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hanya memiliki 1,1 juta pengikut. Sementara di YouTube, kanal @KANGDEDIMULYADICHANNEL telah mengumpulkan 7,86 juta subscriber. Jumlah ini bahkan melampaui kanal milik Presiden Joko Widodo (3,29 juta) dan Presiden Prabowo Subianto (209 ribu).

Data dari Google Trends selama periode 1 Maret hingga 1 Juni 2025 menunjukkan bahwa nama Dedi Mulyadi selalu mencatat pencarian tinggi di Google, melampaui nama-nama gubernur lain di Pulau Jawa seperti Pramono Anung (DKI Jakarta), Ahmad Luthfi (Jawa Tengah), dan Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur).

Sebagai contoh, dalam periode 1 April hingga 1 Juni 2025, skor pencarian terendah untuk “Dedi Mulyadi” masih berada di angka 29, sementara skor tertinggi untuk “Pramono Anung” hanya menyentuh angka 31. Pencarian untuk “Khofifah” tidak pernah lebih dari skor 6, dan “Ahmad Luthfi” bahkan tak melewati skor 3.

Google Trends mengukur minat pencarian berdasarkan waktu dan wilayah. Skor 100 menandakan puncak popularitas, sedangkan skor 0 berarti minim pencarian.

Menariknya, pencarian mengenai Dedi Mulyadi juga tinggi di luar Jawa Barat, seperti di DKI Jakarta, Banten, Bengkulu, Kalimantan Utara, hingga Sumatera Barat. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik Dedi sebagai figur publik melampaui batas wilayah administratif.

Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, kehadiran Dedi Mulyadi di media sosial menjadi gerbang utama untuk mencuri perhatian publik. “Orang jadi penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang Dedi Mulyadi,” katanya kepada Tirto, Selasa (17/6/2025).

Namun Kunto juga mengingatkan bahwa popularitas tidak selalu berkorelasi langsung dengan kinerja pemerintahan. Banyak orang bisa tertarik karena gaya komunikasi Dedi yang lugas, gaya bicara yang nyentrik, atau pernyataan yang kontroversial.

“Bisa jadi ketertarikan publik bukan karena prestasi, tapi karena gaya bicara, konten kontroversial, atau citra kuat yang ditampilkan di media sosial,” lanjutnya.

Ledakan popularitas Dedi Mulyadi juga bersamaan dengan munculnya sejumlah wacana kebijakan yang menuai pro dan kontra. Berdasarkan analisis tren Google, lonjakan pencarian tertinggi terjadi pada 29 April 2025 dengan skor sempurna 100. Hal ini berkaitan dengan dua pernyataan kontroversial dalam rentang 27–30 April 2025.

Pada 27 April, Dedi mengumumkan rencana pengiriman siswa bermasalah ke barak militer sebagai bagian dari pembinaan karakter. Sebanyak 30–40 barak khusus disebut telah disiapkan oleh TNI, dengan program dimulai 2 Mei 2025.

Lalu, pada 28 April, ia memunculkan wacana kontroversial lainnya: syarat partisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB) untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah provinsi, mulai dari beasiswa hingga bansos.

Kedua pernyataan ini menuai respons besar, baik di media sosial maupun pemberitaan daring. Data dari Drone Emprit mencatat bahwa pada 30 April 2025 saja, terdapat 2.913 perbincangan di berbagai platform sosial media yang membahas sosok Dedi Mulyadi, ditambah 1.530 artikel media online dalam sehari.

Dalam periode 1 Maret – 30 April 2025, total terdapat 15.309 artikel, 39.847 mention, dan 21.653 percakapan digital terkait Dedi. Sentimen positif mendominasi, utamanya terkait kebijakan pro-rakyat seperti pemutihan pajak kendaraan, pelestarian lingkungan, dan edukasi masyarakat.

Namun, tak sedikit pula kritik muncul. Kebijakan vasektomi dan pengiriman siswa ke barak militer dianggap terlalu otoriter dan melanggar kebebasan individu. Sebanyak 38 persen dari percakapan daring tercatat bernada negatif, dengan sebagian warganet menilai bahwa Dedi lebih mementingkan citra ketimbang substansi.

Menariknya, media daring cenderung menyajikan narasi positif. Menurut Drone Emprit, 69 persen artikel online memberikan respons positif terhadap Dedi Mulyadi, menyoroti efisiensi, keberpihakan pada rakyat kecil, dan penggunaan media sosial yang efektif untuk menyampaikan kebijakan.

Sementara hanya 6 persen artikel yang berisi sentimen negatif, kebanyakan terkait isu vasektomi, barak militer, dan kritik terhadap “gubernur konten”.