INFO24.ID – Lembur Pakuan, kediaman Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang terletak di Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, menjadi sorotan publik dengan dua sisi yang berbeda.
Di satu sisi, kawasan ini menjadi destinasi wisata baru berkat keindahan alam persawahannya dan kebersihan desanya. Namun di sisi lain, Lembur Pakuan juga sering didatangi orang-orang yang berharap mendapatkan bantuan finansial dari Dedi Mulyadi, mengingat ia kerap membagikan uang melalui media sosial. Padahal, Dedi tidak selalu berada di sana.
Banyak warga yang nekat datang tanpa menyiapkan ongkos pulang. Kepala Seksi Perlindungan Korban Tindak Kekerasan, Perdagangan Orang, dan Orang Terlantar Dinas Sosial Kabupaten Subang, Sri Mulyani, menjelaskan fenomena ini.
Menurut Sri, orang-orang yang datang ke Lembur Pakuan bukan hanya berasal dari pulau Jawa, tetapi juga dari Padang, Medan, Makassar, Manado, bahkan Lampung.
Sepanjang Juni 2025 saja, Dinas Sosial Subang menangani 64 orang telantar karena kehabisan biaya untuk pulang. Pernah pula tercatat hingga lima orang terlantar dalam sehari.
“Sebagian besar mereka yang datang adalah orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka berharap bisa memperoleh bantuan seperti pekerjaan, modal usaha, atau uang untuk melunasi utang. Bahkan pernah ada seorang ibu yang membawa bayinya karena ditinggal suaminya,” ungkap Sri pada Kamis (17/7).
Akibat membludaknya jumlah warga telantar, anggaran Dinas Sosial Subang yang seharusnya digunakan sepanjang tahun 2025 untuk membantu 258 orang, sudah habis pada Juni hanya untuk memulangkan mereka.
Dedi Mulyadi sendiri mengakui bahwa Lembur Pakuan kerap menjadi tempat masyarakat menaruh harapan. “Banyak yang datang dari Madura, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Palembang, Lampung, hingga Sumatera Barat,” ujar Dedi pada Kamis (17/7).
Dedi menjelaskan, biasanya warga dari luar Jawa Barat mendatangi polsek setempat sebelum diarahkan ke Lembur Pakuan.
“Setiap orang yang datang ke Lembur Pakuan pasti kami beri makan. Kalau ada masalah hukum, akan kami carikan pengacara. Kalau sakit, langsung dibawa ke rumah sakit. Banyak juga penderita stroke yang kami rujuk ke Rumah Sehat Kang Haris, dan selama dirawat, biaya makan minum mereka kami tanggung,” jelasnya.
Ia memastikan, setiap orang yang pulang dari Lembur Pakuan akan dibekali ongkos transportasi. “Kami tidak pernah membiarkan mereka pulang tanpa biaya. Kami pastikan ada transportasi untuk mereka,” kata Dedi.
Bahkan, lanjutnya, untuk warga yang harus pulang ke Sumatera, pihaknya pernah membelikan tiket pesawat hingga Rp 2,7 juta. “Kami tidak pernah membeli tiket pesawat murahan. Kami pastikan maskapainya bagus,” tegasnya.
Terkait keluhan Dinas Sosial Subang yang mengaku anggarannya habis, Dedi menyebut hal itu hanya bersifat kasuistik. “Saat itu tim yang bertugas di Lembur Pakuan masih baru, belum memahami SOP yang saya terapkan, sehingga beberapa diarahkan ke Dinas Sosial. Tapi jumlahnya sebenarnya tidak banyak,” pungkasnya.