Showbiz

Prince of Darkness dan Anomali Genetik, Kisah Mengejutkan Ozzy Osbourne dalam Dunia Ilmiah

×

Prince of Darkness dan Anomali Genetik, Kisah Mengejutkan Ozzy Osbourne dalam Dunia Ilmiah

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Ozzy Osbourne, legenda musik heavy metal yang dikenal dengan julukan “Prince of Darkness,” ternyata meninggalkan jejak bukan hanya di dunia hiburan, tetapi juga dalam ranah ilmu pengetahuan. Di balik persona eksentrik dan gaya hidup ekstrem yang ia jalani, Osbourne ternyata pernah terlibat dalam studi ilmiah yang mendalami misteri ketahanan tubuh manusia terhadap zat adiktif dan penyakit.

Sekitar 15 tahun silam, ketika teknologi pemetaan genom masih belum lazim digunakan, Osbourne menjadi salah satu dari sedikit individu yang bersedia untuk dianalisis gennya. Menurut pengakuannya kepada The Times of London, pada masa itu hanya sekitar 200 orang di dunia yang telah menjalani pemetaan genetik—di antaranya ilmuwan kenamaan James D. Watson dan akademisi Henry Louis Gates Jr.

Pada awalnya, Osbourne mengaku ragu. “Saya ini musisi rock, bukan ilmuwan,” tulisnya dalam catatan tahun 2010. “Satu-satunya Gene yang saya kenal adalah Gene Simmons dari KISS.” Namun, para ilmuwan berhasil meyakinkannya: fakta bahwa tubuhnya mampu bertahan setelah bertahun-tahun menjalani gaya hidup penuh risiko adalah keunikan medis yang pantas dipelajari lebih dalam.

“Kamu sendiri mengaku sebagai keajaiban medis,” kata seorang peneliti kepadanya. “Kamu menghabiskan puluhan tahun mabuk, pernah mengalami kecelakaan ATV yang menyebabkan patah leher, dua kali koma akibat overdosis, selamat dari kecelakaan pesawat, dan bahkan sempat positif HIV selama 24 jam karena anomali sistem kekebalanmu. Tapi kamu masih hidup.”

Alasan pribadi lain yang mendorongnya untuk ikut serta adalah gejala tremor yang mulai ia alami, yang kemudian diketahui sebagai gejala awal penyakit Parkinson—penyakit yang kelak memengaruhi tahun-tahun terakhir hidupnya.

Sampel darah Osbourne dikumpulkan pada Juli 2010 oleh Cofactor Genomics di St. Louis, AS. Analisis lebih lanjut dilakukan oleh Knome Inc. di Cambridge. Hasil awal penelitian ini dipublikasikan dalam Scientific American oleh Dr. Nathan Pearson, Direktur Penelitian Knome.

Menurut Pearson, banyak karakteristik unik dari Osbourne—seperti kecanduan, disleksia, tremor, hingga kebiasaannya bangun pagi—berakar dari sistem saraf, dan beberapa di antaranya tampak memiliki dasar genetik.

Salah satu temuan paling menarik adalah variasi genetik pada gen CLTCL1, yang memengaruhi komunikasi antar neuron. Osbourne memiliki dua salinan dari varian gen ini yang berbeda dari kebanyakan orang. Hal ini diperkirakan berperan dalam respons neurologis yang tidak biasa—mungkin termasuk ketahanannya terhadap efek zat adiktif.

“Gen ini sangat penting dalam mengatur komunikasi antar sel saraf,” jelas Pearson. “Kami belum sepenuhnya memahami dampaknya, tetapi perbedaannya mencolok dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.”

Peneliti juga menemukan varian langka pada gen ADH4, yang terlibat dalam proses metabolisme alkohol di tubuh. Variasi ini memengaruhi seberapa banyak enzim pemecah alkohol yang diproduksi tubuhnya. Meski dampaknya belum dapat dikonfirmasi secara pasti, varian ini sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko kecanduan alkohol sejak tahun 2006.

Dalam gaya khasnya yang nyentrik, Osbourne menulis, “Satu hal lagi yang ditemukan Dr. Nathan adalah saya ternyata memiliki keturunan Neanderthal. Istri saya mungkin tidak terkejut, dan polisi dari berbagai negara pun bisa jadi setuju.”

Fakta bahwa Osbourne memiliki DNA Neanderthal mendukung teori bahwa manusia modern adalah hasil persilangan dengan spesies manusia purba. Meski bukan hal langka, temuan ini menambahkan warna unik pada “DNA rock and roll” milik Osbourne.

Menjelang akhir hayatnya, Osbourne sempat tampil dalam konser perpisahan yang emosional, duduk di singgasana sambil menyanyikan lagu-lagu ikonik. Namun, sumbangsihnya terhadap dunia sains, terutama dalam bidang genetika, berpotensi dikenang seiring dengan legasi musiknya.

Kini, pemetaan genom telah menjadi teknologi yang dapat diakses luas. Ia dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit lebih dini, memahami risiko keturunan, hingga menyesuaikan gaya hidup. Namun, pada masa awal perkembangannya, keberanian tokoh seperti Osbourne menjadi pijakan penting menuju era pengobatan yang lebih personal dan berbasis genetika.