INFO24.ID – Praktik pengoplosan beras oleh oknum tertentu masih marak terjadi dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Bahkan, kerugian ekonomi akibat peredaran beras oplosan diperkirakan mencapai Rp100 triliun setiap tahunnya.
Modus utamanya adalah mencampurkan beras medium kemudian mengemasnya sebagai beras premium, sehingga harga jual di tingkat konsumen melonjak jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET). Padahal, ketersediaan beras di dalam negeri cukup melimpah sehingga harga seharusnya stabil atau turun.
Presiden Prabowo Subianto menyoroti praktik curang ini dan menyebutnya sebagai bentuk penipuan yang harus ditindak tegas. Dalam pidatonya saat peluncuran kelembagaan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan (KopDes/Kel) Merah Putih pada Senin (21/7/2025), Prabowo menegaskan:
“Beras biasa dibungkus, dikasih label premium, dijual Rp5.000 di atas HET. Ini jelas penipuan. Ini pidana,” tegasnya.
Prabowo pun memerintahkan Jaksa Agung dan Kapolri untuk segera mengusut dan menindak para pelaku yang terlibat.
Ia menambahkan, praktik pengoplosan beras semacam ini juga terjadi di banyak negara lain, termasuk Malaysia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sepanjang Juli 2025, harga beras medium dan premium terus mengalami kenaikan. Pada pekan pertama Juli, kenaikan terjadi di 148 kabupaten/kota, bertambah menjadi 178 kabupaten/kota pada pekan kedua, dan melonjak menjadi 205 kabupaten/kota di pekan ketiga.
Padahal, Perum Bulog melaporkan stok beras nasional saat ini mencapai 4,21 juta ton, yang terdiri dari 4,19 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 12.556 ton stok komersial.
Kantor Staf Presiden (KSP) juga menyampaikan bahwa harga beras medium di semua zona sudah berada di atas HET per 18 Juli 2025. Plt Deputi II Bidang Perekonomian dan Pangan KSP, Edy Priyono, memaparkan harga rata-rata beras medium di zona 1 mencapai Rp14.297/kg, zona 2 Rp14.465/kg, dan zona 3 Rp16.979/kg. Padahal, HET masing-masing zona hanya Rp12.500/kg, Rp13.100/kg, dan Rp13.500/kg.
Selain itu, harga beras medium di zona 1 dan 2 cenderung terus naik, sementara di zona 3 relatif stabil tetapi masih jauh di atas HET.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan beras menjadi perhatian utama Presiden karena merupakan komoditas strategis nasional, selain BBM.
Tito menambahkan, praktik oplosan ini tidak hanya dilakukan oleh pelaku kecil, melainkan juga melibatkan beberapa perusahaan besar. Namun, ia tidak menyebutkan nama perusahaan tersebut.
“Beras premium dicampur dengan medium, lalu dijual sebagai premium. Ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar juga. Bayangkan,” ungkap Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 di Kantor Kemendagri, Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Menurut Kementerian Pertanian, praktik curang semacam ini kerap terjadi setelah masa panen raya, yang berdampak pada kenaikan harga beras di pasar.
“Produksinya luar biasa didorong oleh Kementerian Pertanian, tapi distribusi pascapanennya tidak baik. Ada perusahaan yang melakukan oplosan dan mengurangi jumlah beras,” pungkas Tito.