Info

Naga Wiru, Legenda Galuh yang Dihidupkan Kembali di Karnaval HUT ke-80 RI

×

Naga Wiru, Legenda Galuh yang Dihidupkan Kembali di Karnaval HUT ke-80 RI

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Legenda Ciung Wanara yang lahir dari kejayaan Kerajaan Galuh Purba kembali dihidupkan dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kawali, Kabupaten Ciamis.

Warga Dusun Kawali menghadirkan patung raksasa Naga Wiru atau Naga Biru dalam karnaval kemerdekaan yang berlangsung meriah.

Patung naga dengan panjang 12 meter dan tinggi 3 meter ini dibuat oleh empat warga, yakni Dadi Ramdhani, Tarli, Farid, dan Nandang.

Proses pembuatannya memakan waktu sekitar 45 hari dengan biaya lebih dari Rp5 juta. Material utamanya berasal dari pipa besi dan spon karet yang dirangkai menyerupai sisik naga.

“Ini murni hasil karya masyarakat Desa Kawali yang digarap oleh Sanggar Puspatikaka (Paguyuban Seni dan Perupa Ti Kawali). Biayanya pun swadaya dari masyarakat. Alhamdulillah, Naga Wiru langsung menjadi ikon Dusun Kawali,” ungkap Lurah Kawali, Dadi Ramdhani, yang juga bertindak sebagai pengawas pembuatan.

Baca juga: Paguyuban SOBAR Salurkan Baksos ke 71 KK di Kawali Ciamis

Kuwu Kawali, Hendriyuana Sunarya biasa dipanggil Yuyun, menegaskan bahwa kehadiran Naga Wiru bukan sekadar hiasan karnaval, tetapi sarat dengan nilai sejarah dan pesan moral bagi generasi muda.

“Padahal legenda Naga Wiru sangat erat dengan keberadaan Kerajaan Sunda Galuh dan Kota Ciamis. Jangan sampai kisah ini hilang ditelan zaman. Pada perayaan HUT RI inilah momen yang tepat untuk menyampaikan pesan penting kepada generasi penerus,” jelas Yuyun.

Menurut legenda, Naga Wiru adalah ular raksasa yang menjaga telur ayam milik Ciung Wanara. Dari telur itu lahirlah ayam jantan gagah yang kelak membantu Ciung Wanara merebut kembali tahta Kerajaan Galuh melalui sabung ayam melawan raja.

Naga Wiru sendiri digambarkan sebagai penjaga keseimbangan alam dan simbol kekuatan bumi serta air yang menopang kehidupan masyarakat Galuh.

Konon, jejak perjalanan Naga Wiru melintasi wilayah Karangkamulyan hingga kini masih dikenang melalui Sungai Nagawiru, aliran air yang dipercaya dulunya merupakan lintasan sang naga.

“Legenda itu mengajarkan bahwa kejayaan tidak hanya dibangun oleh pasukan dan benteng, melainkan juga dari keselarasan antara manusia, alam, dan leluhur. Selama sungai masih mengalir dan sawah tetap menghasilkan padi, legenda Naga Wiru akan tetap hidup,” tambah Yuyun.

Kini, patung Naga Wiru bukan hanya memperindah karnaval, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat Kawali sekaligus pengingat agar generasi muda menghormati sejarah dan menjaga keseimbangan alam.