INFO24.ID – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menetapkan target penyelesaian proses merger tiga maskapai penerbangan milik negara pada tahun ini.
Penggabungan yang melibatkan PT Garuda Indonesia Tbk, PT Pelita Air Service, dan PT Citilink Indonesia direncanakan selesai pada semester pertama 2025.
Namun, Erick belum memberikan kepastian mengenai maskapai mana yang akan tetap beroperasi setelah merger dilakukan.
“Ini merupakan bagian dari roadmap enam bulan ke depan. Kenapa hari ini kami bahas? Karena ini menjadi bagian penting dari diskusi terkait penggabungan maskapai BUMN,” jelas Erick di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Junat 4 Januari 2025.
Konsolidasi untuk Efisiensi dan Daya Saing
Erick menyebutkan bahwa fokus utama pemerintah adalah melakukan konsolidasi guna menciptakan efisiensi dan meningkatkan daya saing industri penerbangan nasional. Menurutnya, melalui merger ini, maskapai milik negara dapat lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan global.
“Merger ini bertujuan untuk memperkuat daya saing perusahaan penerbangan negara di tingkat global. Dengan efisiensi dan struktur korporasi yang lebih terintegrasi, maskapai nasional diharapkan mampu memperkokoh posisinya di pasar internasional,” tambah Erick.
Efisiensi Pengelolaan Bandara Soekarno-Hatta
Selain merger maskapai, Erick juga menyoroti upaya efisiensi di Bandara Soekarno-Hatta. Sebelumnya, pemerintah merencanakan pembangunan Terminal 4 dengan anggaran sebesar Rp 14 triliun untuk mendukung penerbangan umrah. Namun, setelah dilakukan kajian ulang, rencana tersebut diubah menjadi penataan Terminal 2F dengan biaya hanya Rp 1 triliun.
“Dengan anggaran yang jauh lebih rendah, kita bisa melakukan penataan besar-besaran pada terminal yang ada. Kapasitas dan kenyamanan terminal juga dapat ditingkatkan secara signifikan,” ujarnya.
Melalui penataan Terminal 2F, kapasitas Bandara Soekarno-Hatta diproyeksikan meningkat dari 56 juta menjadi 94 juta penumpang per tahun. Langkah ini dinilai lebih efisien karena memanfaatkan fasilitas yang sudah ada tanpa perlu membangun terminal baru, sehingga menghemat anggaran secara signifikan.
Apresiasi atas Upaya Efisiensi
Erick menyampaikan apresiasinya kepada tim PT Angkasa Pura Indonesia dan InJourney Airports yang telah bekerja keras dalam mewujudkan langkah efisiensi ini.
“Kami di Kementerian BUMN terus meninjau proyek-proyek yang dinilai tidak efisien. Dari Rp 14 triliun menjadi Rp 1 triliun, kapasitas tetap meningkat, dan ini adalah langkah besar dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan,” tutupnya.