INFO24.ID – Belakangan ini, fenomena “rombongan jarang beli” atau rojali kembali ramai diperbincangkan di pusat perbelanjaan dan mal. Meski demikian, tren pengunjung yang datang hanya untuk berjalan-jalan tanpa berbelanja ini sebenarnya bukanlah hal baru.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menjelaskan bahwa perilaku rojali selalu ada setiap saat. Namun, jumlahnya cenderung meningkat ketika daya beli masyarakat menurun atau belum sepenuhnya pulih.
“Pengunjung datang ke mal, tapi belanjanya sedikit atau bahkan tidak belanja sama sekali. Ini bukan tren baru, kondisi seperti ini selalu terjadi,” ujar Alphonzus Senin (21/7/2025).
Ia menambahkan, banyaknya jumlah rojali dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah daya beli masyarakat yang masih belum pulih, terutama di kalangan kelas menengah ke bawah.
Lalu, apakah maraknya rojali berdampak negatif bagi para pelaku usaha di pusat perbelanjaan?
Menurut Alphonzus, saat ini kehadiran rojali belum memberikan dampak buruk bagi bisnis mal secara keseluruhan. Ia menyebut, kondisi tersebut belum memengaruhi kinerja pusat belanja secara nasional, karena daya beli masyarakat di luar Pulau Jawa masih relatif stabil dibandingkan dengan di Jawa.
Meski demikian, Alphonzus tidak memungkiri jika penurunan daya beli berlangsung dalam jangka waktu lama, maka sektor ritel dan berbagai industri lain akan ikut terdampak.
“Untuk saat ini dampaknya belum signifikan. Namun bila daya beli masyarakat tak kunjung membaik, bukan hanya ritel yang terkena imbas, tetapi juga sektor manufaktur, jasa, keuangan, dan lainnya,” jelasnya.
Alphonzus juga meyakini bahwa fenomena rojali tidak akan bertahan lama. Kondisi ini akan pulih seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.
Sebagai langkah antisipasi, APPBI menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan transaksi belanja. Salah satunya dengan mengadakan program promo belanja, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru.
“Promo belanja juga diadakan untuk memperpendek periode low season yang tahun ini lebih panjang karena Ramadhan dan Idul Fitri datang lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” pungkasnya.











