Info

Dedi Mulyadi Kecewa, Bantaran Sungai Bekasi Disertifikatkan, Normalisasi Terkendala

×

Dedi Mulyadi Kecewa, Bantaran Sungai Bekasi Disertifikatkan, Normalisasi Terkendala

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, merasa geram setelah menemukan bahwa lahan di bantaran Sungai Bekasi telah bersertifikat sebagai hak milik perorangan. Padahal, wilayah tersebut seharusnya digunakan untuk proyek normalisasi sungai guna mengatasi masalah banjir.

Kekecewaannya ini ia ungkapkan melalui akun TikTok pribadinya, @dedimulyadiofficial, pada Senin (10/3/2025). Dalam unggahannya, Dedi menyampaikan kekesalannya setelah menemukan bahwa bantaran Sungai Cikeas di Bekasi juga telah berubah menjadi permukiman dengan sertifikat kepemilikan.

Normalisasi Sungai Terhambat Akibat Alih Fungsi Lahan

Awalnya, Dedi Mulyadi melakukan kunjungan ke bantaran Sungai Bekasi untuk meninjau proses pelebaran sungai. Hal ini penting mengingat Bekasi baru saja dilanda banjir besar yang menyebabkan aktivitas warga lumpuh.

Namun, ia justru menemukan bahwa alat berat tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena lahan di tepi Sungai Cikeas telah menjadi area perumahan.

“Saya ada di Kali Bekasi, rencananya mau ke Sungai Cikeas, pertemuan dengan Sungai Cileungsi dan Bekasi. Tapi alat berat tidak bisa masuk karena bibir sungai sudah bersertifikat dan berubah menjadi rumah,” ujar Dedi.

Akibatnya, pelebaran sungai untuk mengurangi risiko banjir tidak bisa dilakukan tanpa adanya proses pembebasan lahan.

Dedi Mulyadi Akan Temui Menteri ATR/BPN

Menanggapi permasalahan ini, Dedi Mulyadi berencana bertemu dengan Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid, untuk membahas tata ruang dan sertifikasi lahan di bantaran sungai.

“Saya akan bertemu Menteri ATR/BPN untuk membahas tata ruang. Pihak Balai Besar Wilayah Sungai juga harus hadir. Kita akan mengklarifikasi bahwa tanah di sepanjang Kali Bekasi, Walungan Cikeas, dan Walungan Cileungsi sudah berubah menjadi perumahan,” tegas Dedi.

Ia menekankan bahwa jika tanah tersebut awalnya termasuk dalam daerah aliran sungai (DAS), maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) memiliki kewenangan untuk mencabut sertifikat tersebut.

Dedi juga mengkritik fenomena sertifikasi lahan yang tidak semestinya, membandingkannya dengan kasus sertifikasi laut yang sempat menjadi perdebatan.

“Kemarin laut disertifikatkan, sekarang sungai disertifikatkan. Ya, harus dicabut! Jangan hanya bicara tentang bencana tanpa menyelesaikan akar permasalahannya,” ujarnya.

Dedi bahkan menyindir kemungkinan sertifikasi langit jika fenomena ini terus dibiarkan.

Dampak Alih Fungsi Lahan: Kerugian Triliunan Rupiah

Menurut Dedi, alih fungsi lahan di bantaran sungai berkontribusi terhadap meningkatnya risiko banjir, yang telah menyebabkan kerugian lebih dari Rp 3 triliun.

Ia menyerukan perlunya refleksi dalam pengelolaan tata ruang.

“Tahun ini harus jadi tahun introspeksi, termasuk soal tata ruang dan kebijakan sertifikasi lahan yang tidak tepat,” pungkasnya.


Dedi Mulyadi Kembali Turun ke Sungai untuk Bersihkan Sampah

Sebelumnya, Dedi Mulyadi kembali menarik perhatian publik dengan aksi nyatanya dalam menjaga lingkungan. Pada Sabtu (8/3/2025), ia terjun langsung ke Sungai Cipalabuhan, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, untuk membersihkan tumpukan sampah yang menyumbat aliran air.

Dengan mengenakan kemeja, celana hitam, dan sandal, Dedi turun langsung ke sungai yang penuh dengan limbah. Awalnya, ia hanya melipat lengan bajunya, tetapi kemudian mengenakan sepatu boots sebelum akhirnya melompat ke dalam air.

Tak tanggung-tanggung, ia bahkan masuk ke bagian sungai yang lebih dalam, membuka ikat pinggangnya, dan mulai membersihkan sampah yang tersangkut di bawah jembatan.

Dalam aksi tersebut, ia menemukan berbagai jenis limbah, mulai dari bantal, baju, hingga kasur yang menyumbat aliran air.

Dedi menegaskan bahwa tumpukan sampah dan kesalahan konstruksi jembatan menjadi salah satu penyebab banjir dan longsor di daerah tersebut.

“Jembatan ini harus dibongkar dan didesain ulang, dibuat melengkung agar tidak menghambat arus air,” ujarnya kepada Bupati Sukabumi, Asep Japar, yang turut hadir di lokasi.

Mengajak Pejabat Turun Langsung ke Sungai

Dedi tidak hanya berbicara, tetapi juga mengajak warga dan pejabat setempat untuk ikut membersihkan sampah.

“Ayo turun… turun,” serunya, sambil langsung masuk ke air.

Aksi tersebut membuat pejabat yang awalnya hanya melihat dari atas jembatan akhirnya ikut turun ke sungai, termasuk Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jabar, Dikky Achmad Sidik serta Bupati Sukabumi, Asep Japar.

Bersama-sama, mereka membersihkan sampah yang menghambat aliran air dan berpotensi menyebabkan banjir di kawasan tersebut.

Dengan tindakan tegas dan aksi nyata seperti ini, Dedi Mulyadi kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan kebijakan tata ruang di Jawa Barat.