INFO24.ID – Di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, tumpukan sampah seringkali menjadi pemandangan yang tak terhindarkan. Masalah ini bukan hanya mengganggu keindahan, tetapi juga mengancam kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Kurangnya tempat pembuangan yang layak mendorong warga mengambil jalan pintas dengan membakar sampah secara terbuka atau membuangnya langsung ke sungai. Sebuah kebiasaan yang disadari merusak, namun sulit dihentikan tanpa solusi nyata dan masalah akut ini diakui langsung oleh tokoh masyarakat setempat.
“Isu mengenai sampah adalah masalah yang belum memiliki solusi di kelurahan ini,” tutur Bapak H. Edi, selaku Ketua RW 03.
Menurutnya warga suka membuang sampah ke kali karena tidak ada tempat pembuangan secara khusus.
Namun, kini ada secercah harapan. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, Kelompok 9 Tanjung A dari Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya hadir membawa inovasi sederhana: combustion furnace drum.
Alat ini, yang terbuat dari drum besi, bukanlah alat pembakaran biasa. Ia dirancang secara khusus untuk menjadi insinerator skala kecil yang dapat mengelola sampah rumah tangga dengan lebih efisien dan terkendali.
Tujuannya jelas yaitu mengubah kebiasaan lama yang merusak menjadi praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Tim KKN tidak hanya memberikan alat, tetapi juga edukasi dan pendampingan intensif. Mereka mengajarkan warga cara memilah sampah dan mengoperasikan drum pembakaran secara aman. Pendekatan ini terbukti efektif dan membuahkan hasil yang luar biasa.
Berdasarkan data yang dihimpun, volume sampah yang dibakar berhasil direduksi hingga 70%. Angka ini jauh melampaui efisiensi metode pembakaran terbuka, yang seringkali meninggalkan sisa yang menumpuk.
“Teknologi ini adalah bukti bahwa solusi sederhana bisa membawa perubahan besar,” ungkap Norma Septiandi, salah satu anggota KKN.
Dia menjelaskan bahwa drum ini memungkinkan pembakaran sempurna karena suhunya terkendali, sehingga tidak ada lagi sisa pembakaran yang menumpuk.
“Sampah yang sebelumnya memenuhi lahan kosong, kini bisa diatasi langsung di tingkat rumah tangga,” tambahnya.
Dampak positif dari program ini tidak berhenti pada pengurangan volume sampah saja. Pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan alat ini menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit dan tidak menimbulkan bau yang menyengat.
Berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya, di mana asap pekat dan bau busuk dari pembakaran terbuka sering kali mengganggu pernapasan warga, terutama saat malam hari.
Pengurangan asap dan bau ini menunjukkan bahwa pembakaran yang terjadi lebih bersih dan aman bagi lingkungan serta kesehatan masyarakat sekitar.
Yang paling menggembirakan adalah perubahan perilaku warga. Sebelum program KKN, hanya sekitar 60% masyarakat yang aktif terlibat dalam pengelolaan sampah.
Namun, setelah combustion furnace drum diperkenalkan, angka partisipasi ini melonjak drastis hingga 90%.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang bersih dan merasa memiliki solusi untuk mengelola sampahnya sendiri.
“Peningkatan partisipasi ini membuktikan bahwa intervensi yang memberikan manfaat langsung dan terlihat akan lebih mudah diterima oleh masyarakat,” jelas dosen pembimbing KKN, Arni Apriani, M. Pd.
“Dengan adanya alat yang efektif, warga tidak lagi merasa sia-sia dalam mengelola sampahnya,” terangnya.
Keberhasilan di Kelurahan Tanjung ini sejalan dengan temuan-temuan dari berbagai studi ilmiah yang mendukung insinerasi skala kecil sebagai metode yang layak dan efisien untuk manajemen sampah di tingkat lokal.
Menurut pakar lingkungan, pembakaran terkendali jauh lebih unggul daripada pembakaran terbuka karena dapat meminimalkan emisi gas berbahaya dan partikulat.
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh mahasiswa KKN di Kelurahan Tanjung bukan sekadar proyek, melainkan model pemberdayaan masyarakat yang berbasis teknologi ramah lingkungan.
Sebagai langkah ke depan, program ini diharapkan dapat diperluas ke seluruh RW di Kelurahan Tanjung. Model ini juga dapat menjadi cetak biru bagi daerah-daerah lain yang menghadapi masalah serupa.
Pemberdayaan masyarakat dengan solusi teknologi yang tepat guna adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Dengan sinergi antara akademisi dan masyarakat, masalah sampah yang dulunya tak memiliki solusi, kini menemukan titik terang.