Info

Bukan Kiriman Bogor, Dedi Mulyadi Bongkar Biang Kerok Banjir Jakarta

×

Bukan Kiriman Bogor, Dedi Mulyadi Bongkar Biang Kerok Banjir Jakarta

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menegaskan banjir yang kerap melanda Jakarta bukanlah semata-mata kiriman dari Kota Bogor. Menurutnya, permasalahan banjir Jakarta jauh lebih kompleks dan tidak bisa hanya disalahkan pada wilayah hulu.

“Enggak ada banjir kiriman dari Bogor. Air itu mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, itu aspek siklus alam,” ujar Dedi dalam Rapat Koordinasi Pencegahan Korupsi di Ancol, Kamis (10/7/2025), seperti dikutip dari Kompas.com.

Meski demikian, Dedi mengakui perubahan alih fungsi lahan dan persoalan tata ruang di Bogor turut berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Ia menambahkan bahwa banyak pelaku perubahan tata ruang tersebut justru berasal dari luar wilayah.

“Kalau mau kita jujur, perubahan alih fungsi lahan dan tata ruang di Bogor juga kan para pengusahanya dari mana,” katanya.

Dedi juga menyoroti keberadaan Bendungan Ciawi yang dinilai hanya mampu menahan air sementara. Ia menekankan pentingnya penataan wilayah hilir untuk mengatasi banjir secara menyeluruh.

“Bendungan Ciawi itu airnya mampir, terus jalan lagi. Hilirnya harus segera ditata,” tegasnya.

Lebih lanjut, Dedi menilai banjir akan tetap terjadi selama sungai di Jakarta tidak dinormalisasi dan rawa-rawa terus diuruk untuk pembangunan.

“Selama sungainya masih dangkal, masih sempit, dan rawa-rawa terus diuruk, banjir pasti terjadi,” ucapnya.

Sebagai langkah konkret, Pemprov Jawa Barat melakukan revisi tata ruang dan menertibkan bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS). Namun, Dedi menekankan bahwa pemulihan lingkungan memerlukan kerja sama semua pihak.

“Recovery lingkungan itu lebih mahal dari pembangunan. Tidak bisa jalan sendiri, harus semua orang bekerja sama,” katanya.

Dedi juga menyebut perubahan tata ruang di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, sebagai salah satu penyebab banjir Jakarta. Daerah yang seharusnya menjadi resapan air kini berubah menjadi kawasan wisata dan permukiman.

“Kalau di Megamendung dan Bogor diselesaikan, nanti Jakarta selesai,” kata Dedi, dikutip dari TribunJakarta.com.

Tak hanya Bogor, ia juga menyoroti pentingnya restorasi tata ruang di wilayah lain seperti Garut, Bandung Barat, dan Tasikmalaya untuk mencegah bencana alam berulang.

“Tindakan-tindakan saya lakukan walau menuai kontroversi dan kebencian, tapi penyelamatan alam dan lingkungan adalah yang utama,” pungkasnya.