Showbiz

Daya Tarik Morelia Viridis, Si Ular Pohon Papua yang Dilindungi Pemerintah

×

Daya Tarik Morelia Viridis, Si Ular Pohon Papua yang Dilindungi Pemerintah

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Morelia viridis, atau dikenal dengan sebutan green tree python, merupakan salah satu reptil endemik khas Papua yang saat ini berstatus dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.

Ular yang termasuk dalam keluarga piton ini memiliki dua varian warna yang menarik, yakni hijau cerah dan keemasan. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, Jhoni Santoso Silaban, menyampaikan bahwa varian berwarna emas cenderung lebih diminati oleh para penggemar reptil karena tampilannya yang menawan.

Karena keindahannya, ular berwarna keemasan ini lebih sering diburu, sehingga menyebabkan populasinya di alam menurun,” ungkap Jhoni.

Sebagai langkah pelestarian, pemerintah telah menetapkan Morelia viridis sebagai satwa yang dilindungi dan menempatkannya di sejumlah kawasan konservasi guna menjaga kelestarian habitatnya.

Layaknya ular lainnya, piton Papua menggunakan lidahnya untuk mengenali lingkungan sekitar. Lidah tersebut menjulur cepat untuk menangkap partikel bau di udara yang kemudian dibawa ke organ Jacobson, bagian khusus di antara mulut dan hidung yang berfungsi untuk mendeteksi aroma dan mengirimkannya ke otak.

Penciuman ular yang tajam ini membantu mereka mengetahui keberadaan mangsa di sekitarnya,” tambahnya.

Kerabat Dekat Sanca Karpet

Menurut Hari Suroto, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi BRIN yang fokus pada flora dan fauna Papua, ular ini masih satu marga dengan sanca karpet yang juga dapat ditemukan di wilayah yang sama.

Meski termasuk keluarga Pythonidae, sanca pohon asal Papua ini memiliki bentuk tubuh lebih ramping dan ukuran yang sedang. Betinanya umumnya berukuran lebih besar dibanding jantan. Panjangnya bisa mencapai 1,5 hingga 2 meter.

Ekor ular ini panjangnya sekitar 14 persen dari total tubuh, yakni bisa mencapai 21–28 cm. Kepala ular tampak lebih besar dari lehernya, dan bagian moncongnya berbentuk runcing,” jelas Hari.

Warna Kulit Saat Lahir dan Berat Tubuh

Sanca hijau Papua terlahir dengan warna cerah—biasanya kuning atau kecokelatan—yang kemudian berubah menjadi hijau saat dewasa. Warna hijaunya sering dihiasi bintik putih atau kuning. Beberapa individu bahkan menunjukkan warna biru yang langka dan eksotik.

Jantan dewasa memiliki berat sekitar 1,1 hingga 1,4 kg, sedangkan betina bisa mencapai 16 kg. Pernah ditemukan individu dengan berat hingga 22 kg,” tambahnya.

Sanca Papua juga mengalami tiga kali pergantian kulit selama fase hidupnya, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para kolektor reptil. Sayangnya, keunikan ini juga membuat mereka kerap diperdagangkan secara ilegal.

Ular ini hidup di pepohonan dan dikenal jinak serta tidak berbisa, menjadikannya satwa yang digemari,” jelasnya.

Namun demikian, Hari menekankan bahwa habitat ular ini terus terancam. Upaya penangkaran sudah dilakukan, tapi hasilnya belum maksimal karena spesies ini sulit untuk diternakkan.

Sampai saat ini, belum ada wilayah konservasi khusus untuk ular ini. Mereka hanya bisa relatif aman jika hidup di kawasan seperti Taman Nasional Wasur di Merauke atau wilayah konservasi di Raja Ampat,” ujarnya.

Bandara di wilayah Papua, seperti Sentani, Merauke, Mimika, Sorong, dan Manokwari, juga telah memperketat pengawasan terhadap perdagangan satwa liar agar ular langka ini tidak keluar dari wilayah asalnya.

Hari juga menambahkan bahwa selain diburu karena keindahannya, ular ini kadang masih diburu secara tradisional oleh masyarakat lokal, seperti di sekitar hutan Sungai Mamberamo, untuk dikonsumsi.