Info

Tradisi Nadran di Situs Buyut Mangun Tapa, Warisan Budaya yang Dilestarikan Warga Ciamis

×

Tradisi Nadran di Situs Buyut Mangun Tapa, Warisan Budaya yang Dilestarikan Warga Ciamis

Sebarkan artikel ini

INFO24.ID – Ratusan warga dari berbagai daerah menghadiri upacara tradisi Nadran di Situs Buyut Mangun Tapa, yang terletak di Hutan Kota Jalan RE. Martadinata No. 4, Dusun Baregbeg Kolot, Desa Baregbeg, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis pada Rabu, 19 Februari 2025.

Acara sakral ini turut dihadiri oleh unsur Forkopimda, Forkopinca, Dewan Kebudayaan, tokoh adat, serta masyarakat setempat.

Ki Buyut Mangun Tapa, yang juga dikenal sebagai Ki Gendeng Tapa, memiliki nama asli Ki Buyut Manguntapa Wijayakusumah.

Ia merupakan seorang penyebar agama Islam dari Cirebon serta murid dari Syekh Hasanudin bin Syekh Yusup Sidiq bin Syekh Jamaludin Hasim Jumadil Qubro.

Selain sebagai tokoh agama, ia juga berjasa dalam menjaga keamanan Desa Dukuhbadag dari konflik, hingga berhasil menciptakan kedamaian di wilayah tersebut. Salah satu keturunannya yang terkenal adalah Nyi Subang Larang, istri dari Prabu Siliwangi.

Sebagian bentuk penghormatan, peziarah yang memasuki area makam Ki Buyut Mangun Tapa, yang dikelilingi kain putih, harus melepas alas kaki dan mengucapkan salam sebelum berziarah.

Dalam prosesi ini, ratusan warga dengan khidmat mengikuti doa bersama dari awal hingga selesai. Ritual kemudian dilanjutkan dengan tabur bunga dan penyiraman air dari tujuh mata air bersejarah di Ciamis ke makam keramat tersebut.

Kegiatan lain dalam tradisi Nadran ini mencakup pembacaan sejarah singkat Ki Buyut Mangun Tapa, penanaman pohon di area situs, serta makan bersama. Salah satu yang menarik adalah penyajian tujuh nasi liwet dengan tujuh warna berbeda, sebagai simbol keberagaman dan kesejahteraan.

Baca juga:  FORKOPIMDA Ciamis Tinjau Langsung Program Makan Bergizi Gratis untuk Siswa

Owoy, Kepala Desa Baregbeg, menjelaskan bahwa tradisi Nadran ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang kini telah menjadi agenda resmi Kabupaten Ciamis. Pemerintah daerah turut mendukung pelaksanaannya, termasuk dalam aspek pendanaan melalui dana desa.

“Makna dari tradisi Nadran adalah membersihkan diri menjelang bulan Ramadan. Ini dilambangkan dengan membersihkan lokasi situs dan melaksanakan doa bersama, baik untuk diri sendiri maupun bagi mereka yang telah meninggal,” ungkap Owoy saat ditemui di lokasi acara.

Ia juga menambahkan bahwa tradisi ini bertujuan untuk memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi penerus serta mengenang jasa para leluhur dalam membangun Desa Baregbeg.

“Ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga bagian dari edukasi budaya bagi anak-anak muda agar mereka tetap melestarikan tradisi warisan nenek moyang. Tradisi ini memiliki filosofi tinggi dalam menyambut Ramadan, mengandung nilai ibadah, serta meningkatkan ketakwaan,” ujarnya.

Owoy pun mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Baregbeg yang terus menjaga dan memelihara tradisi Nadran sebagai salah satu kekayaan budaya Ciamis.

Dengan berlangsungnya tradisi ini setiap tahun, masyarakat Baregbeg berharap agar generasi mendatang tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan spiritual yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.