INFO24.ID – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menegaskan bahwa kedatangan 2 juta ekor sapi hidup dari luar negeri bukan merupakan impor untuk konsumsi, melainkan bentuk investasi swasta guna mendukung target swasembada pangan tahun ini.
Menurut Sudaryono, tidak ada dana dari pemerintah yang digunakan dalam pengadaan sapi ini. Dari jumlah tersebut, 1,2 juta ekor akan dialokasikan untuk produksi susu segar, sedangkan 800 ribu ekor akan masuk ke sektor peternakan sapi pedaging.
“Kami membuka peluang investasi bagi berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk koperasi dan perorangan. Saat ini, ada 160 perusahaan yang telah berkomitmen untuk mendatangkan 2 juta ekor sapi tahun ini,” ujarnya dalam seminar di Universitas Pertahanan, Selasa (28/1/2025).
Investasi di Industri Pangan dan Program Makan Bergizi Gratis
Sudaryono menyebutkan bahwa sektor pangan kini semakin menarik bagi investor, terutama karena adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah berencana menghubungkan investor di bidang pangan dengan program MBG agar hasil investasi dapat terserap oleh pasar domestik.
Meski belum mengungkapkan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari investasi ini, ia optimistis bahwa kombinasi antara investasi sektor pangan dan program MBG akan memberikan dampak ekonomi yang positif.
“Permintaan pangan akan meningkat drastis dengan adanya program ini. Kami akan memastikan produksi nasional mencukupi kebutuhan, sehingga tidak perlu bergantung pada impor,” tambahnya.
Brasil sebagai Sumber Impor Sapi Hidup
Salah satu negara yang menjadi pemasok sapi hidup ke Indonesia adalah Brasil. Saat ini, pemerintah sedang menyiapkan regulasi untuk memungkinkan impor sapi dari negara tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Berdasarkan PP No. 4 Tahun 2016, impor sapi hidup dilarang dari negara yang masuk dalam daftar bahaya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH). Brasil masih tercatat dalam daftar tersebut sejak wabah PMK pertama terjadi pada 1985.
Namun, Sudaryono menyatakan bahwa kondisi saat ini telah berubah. WOAH mencatat bahwa kasus PMK terakhir di Brasil ditemukan pada 2021, dan negara tersebut dijadwalkan mendapatkan sertifikasi bebas PMK tahun ini.
“Dengan populasi sapi yang besar serta kondisi iklim tropis yang mirip dengan Indonesia, sapi asal Brasil akan lebih mudah beradaptasi di dalam negeri,” jelasnya.
Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, mengungkapkan bahwa meskipun kasus PMK di Brasil sudah lama tidak terjadi, tidak semua wilayah di negara itu bebas dari PMK tanpa vaksin. Oleh karena itu, Indonesia hanya akan mengimpor sapi dari wilayah yang benar-benar bebas PMK tanpa harus menggunakan vaksin.
Agung memastikan bahwa impor ini tidak akan mengganggu industri peternakan lokal. Revisi kedua terhadap PP No. 4 Tahun 2016 dilakukan untuk menambah populasi sapi nasional, yang pada 2022 tercatat 18,1 juta ekor berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Dari jumlah tersebut, 17,6 juta ekor merupakan sapi potong, sedangkan 507 ribu ekor adalah sapi perah. Tambahan 2 juta ekor sapi sangat diperlukan agar Indonesia dapat mencapai swasembada daging dan susu,” pungkasnya.